Puisi: Ibadah Doa Ia yang Kafir

Dari pikiran kopong.  Dan iman yang melompong kosong.  Tanya yang keronta oleh jawaban.  Kesal ya memengkak leher.  Melihat juga mendengar.  Khalayak tanpa busana.  Berjalan dengan kepala menengadah keatas.  Berdiri dengan congkak Bersuara dengan lantang  Tanpa ketakutan  Mati dan penderitaan hanya ilusi Ilusi dari siklus kehidupan.  Sampai satu masa...  Sukar dan sempit itu datang  Tak ada lagi kepala yang mendongak keatas Suara lantang itu mulai redup Kecongkakan runtuh melebur  Tidakkah hari-hari mendengar  Impiannya sebagai matahari  Namun saat itu ia malah menjauhi rotasi Bersembunyi dan membiarkan bintang lain mengganti Kelabu malam datang... Seseorang duduk bersimpuh Lengan yang merapat  Ditutup sujud  Dengan ucapan  Mantra yang dibalut sesal dan kalut Oh tidak-kah begitu naif "Bagiku untuk bersujud lalu memohon ampunan, Atas dosa yang berulang dilakukan"  "Nampaknya berbohong adalah ha...

Gadis di Semenanjung Timur




Ada gadis di tepi telaga.

Senandung sumbang bercampur dengan tangis.

Rintik hujan yang sembunyikan makna.

Wahai angin tolong sampaikan.

Sebuah pujian yang tak pernah terucap.

Serta kekaguman yang tak pernah dapat diungkapkan.

Ada kekuatan yang tak terbilang dalam setiap kehidupan.

Perwujudan nan elok yang dianugerahkan tuhan.

Tak kau sadari, senyum-mu mampu menghilang luka, tawa-mu hilangkan resah dan perilaku memberikan makna bahwa kehadiranmu men-jadikannya sempurna.

Semoga gadis di Semenanjung Timur sana mendengarnya.


Kau harus tau!

Tak-akan ku dapatkan dua kali dalam hidup, perempuan sepertimu.

Maka bertahanlah lebih lama dibanding aku.

Berjalanlah dengan berani, tegar dan kuat.

Perdengarkan suaramu nyaring dan lantangmu itu.

Walaupun terkadang nampak kekanak-kanakan.

kerendahan hatimu adalah kekayaan dan ke-elokan yang berharga.

Senyumlah, kau itu istimewa

Sanghyang agung-pun tau bahwa kau adalah anugrah, ada alasan atas keberadaan-mu.

Selah satunya ialah menenaniku.

Akan-ku bisikan sesuatu!.

Kau tak adil, berikan hal lebih tanpa berfikir.

Aku berikan Kebahagian kau tukar dengan kesejahteraan.

Canda yang kulepar kau tukar dengan keharmonisan.

amarah yang ku perlihatkan kau tukar dengan kasih sayang.

Hanya ku temukan itu disemenanjung Timur, selalu kuucapkan syukur namun apalah arti bualan yang ku tulis didalam setiap bait jikalau, dirimu lebih dari pemaknaan sebuah puisi.

perlu waktu lama, kiranya serta usaha dan doa hanya untuk menyelami ini.

Bertahun berlayar dengan berbagai macam dugaan namun inilah yang paling menggembirakan.


Bertemu dengan seorang gadis.

Dengan penampakan yang santun dan sopan.

Binar mata serta pikiran yang terbuka, serta pengetahuan ketimuran yang holistik tidak-kah itu sudah cukup sempurna.

Keterampilan dalam mengasah, merakit juga meramu bukan lagi menjadi keraguan.


Aku dengar orang-orang Timur itu berkata

Engkau juga sedikit jahil.

Bahagia dengan hal-hal kecil.

Mengagumi segala isi dunia.

Pantas, sore itu aku mendengarmu bersenandung ditelaga.


Lantas kau menyipratkan air pada-ku namun disisi lain aku melihat tawamu yang sederhana, tatapan-mu yang tulus.

Maka perlihatkan selalu suasana itu.


Wahai gadis semenanjung sana.

Cukuplah sanjungan ini, aku akan mulai berlayar kembali tentunya tak banyak wejangan, tak banyak pula nasihat karena aku tau, sungguh kau lebih bijak sana dari pada aku.


Maka sampai jumpa di lain waktu.

Aku akan selalu tak sabar untuk bertemu dengan-mu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Intricatus

PHILOGINIS