Puisi: Ibadah Doa Ia yang Kafir

Dari pikiran kopong.  Dan iman yang melompong kosong.  Tanya yang keronta oleh jawaban.  Kesal ya memengkak leher.  Melihat juga mendengar.  Khalayak tanpa busana.  Berjalan dengan kepala menengadah keatas.  Berdiri dengan congkak Bersuara dengan lantang  Tanpa ketakutan  Mati dan penderitaan hanya ilusi Ilusi dari siklus kehidupan.  Sampai satu masa...  Sukar dan sempit itu datang  Tak ada lagi kepala yang mendongak keatas Suara lantang itu mulai redup Kecongkakan runtuh melebur  Tidakkah hari-hari mendengar  Impiannya sebagai matahari  Namun saat itu ia malah menjauhi rotasi Bersembunyi dan membiarkan bintang lain mengganti Kelabu malam datang... Seseorang duduk bersimpuh Lengan yang merapat  Ditutup sujud  Dengan ucapan  Mantra yang dibalut sesal dan kalut Oh tidak-kah begitu naif "Bagiku untuk bersujud lalu memohon ampunan, Atas dosa yang berulang dilakukan"  "Nampaknya berbohong adalah ha...

HUJAN MANUSIA


 

Mari Bertaruh

Siapa yang paling kencang gemuruhnya

Engkau, riuh dengan airmu

Namun... 

Tak pernah se-riuh hubungan manusia

Mari bertaruh! 

Dengan kencangnya guntur mu

Apakah cukup kencang

Dari suara tawa

Adam dan hawa

Dalam menutupi luka dan siksa

Mari bertaruh! 

Atas suasana syahdu dibalut sendu

Dari gemericik turunnya air

Apakah cukup syahdu dan sendu

Dari isak tangis kurcaci bisu 

Yang datang dari jeruji sirkus

Atas badai besar, yang tiba hadir

Apakah sama besar

Dari lapang nya jiwa dan ruh

Mereka atas setiap rajaman 

Cambuk besi, pisau belati serta 

Rantai di tenggorokan mereka 

Bertaruhlah! 

Kupertaruhkan apa-apa yang ada 

Dikantung ini

Dari setiap misteri. 

Atas kisah pelangi yang kau miliki

Apa akan Se-Misterius 

Cerita bersekutunya Qobil

Dengan iblis 

Sipenghasut penyebab adam dihukum oleh tuhannya

Mungkin tidak kisah pemberontakan

lilia atas Pencipta

Karena Histeria yang disebabkan oleh cinta buta pada adam

Pernah terbayang datang 

Dan tak pernah mereda

Kala bumi diisi kerak panas 

Apakah akan sama derasnya 

Dengan kekaguman majnun kepada layla

Diakhir kata... 

Manusia atas tubuh fananya

Atas rasa dan pikiran 

Berimbang tak bisa ditebak

Dikira jauh berkelana 

Dipahami dan tak terartikan










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis di Semenanjung Timur

Puisi: Intricatus

PHILOGINIS