Puisi: Ibadah Doa Ia yang Kafir

Dari pikiran kopong.  Dan iman yang melompong kosong.  Tanya yang keronta oleh jawaban.  Kesal ya memengkak leher.  Melihat juga mendengar.  Khalayak tanpa busana.  Berjalan dengan kepala menengadah keatas.  Berdiri dengan congkak Bersuara dengan lantang  Tanpa ketakutan  Mati dan penderitaan hanya ilusi Ilusi dari siklus kehidupan.  Sampai satu masa...  Sukar dan sempit itu datang  Tak ada lagi kepala yang mendongak keatas Suara lantang itu mulai redup Kecongkakan runtuh melebur  Tidakkah hari-hari mendengar  Impiannya sebagai matahari  Namun saat itu ia malah menjauhi rotasi Bersembunyi dan membiarkan bintang lain mengganti Kelabu malam datang... Seseorang duduk bersimpuh Lengan yang merapat  Ditutup sujud  Dengan ucapan  Mantra yang dibalut sesal dan kalut Oh tidak-kah begitu naif "Bagiku untuk bersujud lalu memohon ampunan, Atas dosa yang berulang dilakukan"  "Nampaknya berbohong adalah ha...

MONALISA


MONALISA


Bukan seorang seniman

Aku bukan pula kritikus seni

Sepakat ku katakan

Jikalau ia atas tubuh fisik dan rohaninya

Adalah gambaran keindahan

Tentu tak sempurna

Karena bagaimanapun ia manusia 

Kau tahu?... 

Ia sedikit Pemarah

Terkadang ia pun bermulut besar

Ia pun wanita yang begitu galak

Tapi... 

Sungguh ku berani bersumpah

Kasih dan sayang

Selalu terpancar disetiap indranya

Ku beritahu...

Ia wanita yang berani

Tangguh dalam setiap medan

Walaupun terkadang dibarengi tangis 

Tak terkira seorang wanita

Dengan bahu dan punggung yang kuat

Selalu berhasil mengatasi masalah

Tangan besi dan mental baja

Menjadi satu dalam dirinya

Ahh... 

jangan bertanya! 

Apa aku berani dengannya

Tentu saja tidak

Orang kata, dia wanita yang ramah

Orang yang baik hati

Tapi tunggu saja sampai

Siluman dalam dirinya keluar

Kencangkan sabuk pengaman!

Kita akan bertubrukan

Hahaha...

Dari sudut pandang berbeda

Nilai sempurna 

Bahkan Indah adalah untuknya

Dari ribuan buku berdebu

Dari setiap pengalaman manusia

Yang datang sebelum kelahiranku

Aku memahami bahwa

Estetika tidak hanya datang 

Dari penampakan saja

Tapi juga kausal keberadaannya

Kau tau siapa wanita itu? 

Ia memiliki perawakan

Sifat dan ego sepertiku namun

Dengan tubuh yang berbeda

Tapi tentu ia jauh lebih sempurna

Tak perlu ada pena 

untuk selesaikan puisinya

Tak perlu ada kertas 

untuk menjadi wadahnya

kalau setiap kata itu mengalir 

Membentuk kalimat 

Dengan kesadarannya sendiri 

Sampai dengan bait akhir puisi ini










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis di Semenanjung Timur

Puisi: Intricatus

PHILOGINIS