Puisi: Ibadah Doa Ia yang Kafir

Dari pikiran kopong.  Dan iman yang melompong kosong.  Tanya yang keronta oleh jawaban.  Kesal ya memengkak leher.  Melihat juga mendengar.  Khalayak tanpa busana.  Berjalan dengan kepala menengadah keatas.  Berdiri dengan congkak Bersuara dengan lantang  Tanpa ketakutan  Mati dan penderitaan hanya ilusi Ilusi dari siklus kehidupan.  Sampai satu masa...  Sukar dan sempit itu datang  Tak ada lagi kepala yang mendongak keatas Suara lantang itu mulai redup Kecongkakan runtuh melebur  Tidakkah hari-hari mendengar  Impiannya sebagai matahari  Namun saat itu ia malah menjauhi rotasi Bersembunyi dan membiarkan bintang lain mengganti Kelabu malam datang... Seseorang duduk bersimpuh Lengan yang merapat  Ditutup sujud  Dengan ucapan  Mantra yang dibalut sesal dan kalut Oh tidak-kah begitu naif "Bagiku untuk bersujud lalu memohon ampunan, Atas dosa yang berulang dilakukan"  "Nampaknya berbohong adalah ha...

Perspektif




Disudut ruang yang tak pernah kau sadari, di selasar rak-rak buku yang juga tak pernah kau lirik dan lihat dengan seksama.

Lihatlah sekali, disana aku duduk, bagaikan juri diriku kala tuan dan nona berlaku dalam peran teatrikal drama.

Tapi Sayang... Cerita ini bukan tetang si kutu buku, maka dari itu sekiranya sempatkanlah waktu. 

Lihat Tanganku ada didepanmu

Mari... akan ku antar, tapi pilihan seluruhnya adalah milik dirimu.

Sebelumnya dengarlah...!

Kau bilang hidup ini bagai neraka namun aku sungguh terkejut, jikalau begitu, kenapa sampai akhir hayatmu kau masih bertahan di dunia yang kau sebut neraka itu. karena...Keluarga, saudara atau teman?

Hmmm... Aku tau kau berjuang bagi dirimu sendiri, biar aku bisikan, pasti kau mencari kebahagiankan? Sudahlah...jangan mengelak sungguh kau makhluk yang banyak sekali pembenaran. Sebenarnya... Aku tak butuh itu aku hanya butuh kau jujur.

Kau ingat...?

Kala dikedai, kau berteriak bahkan merengek tidak bisa, sekarang coba lihatlah begitu banyak perubahan dari waktu ke waktu, tangkasnya fisikmu atau cemerlangnya pikiranmu, bagaimana jika kau lihat betapa menawannya parasmu, dan tidakah kau coba lihat begitu tebalnya kantung celana itu. Jika dirasa-rasa apa yang kurang sekarang? 

Pikirkanlah...

berapa banyak jalan buntu yang ditemui, persimpangan yang rumit sampai bingung rasanya jika harus dipikirkan, tetapi pada akhirnya kau pulang. 

Lalu pernahkah terpikirkan? 

Berapa banyak harapan dan pengharapan yang kau gantungkan kepada hal-hal yang diluar kendali dirimu sampai-sampai kau merasakan derita dan kesedihan hingga membuat dirimu menjadi kalut. 

Kau harus tau setiap manusia punya ruangnya sendiri, kehendaknya bukanlah kendalimu, serta jalan pikirannya tak akan pernah sama denganmu, silahkan teruslah menebak, namun ku yakinkan padamu kau tak akan pernah mampu menyelami semua hal yang ada dikepalanya. 

Sehingga... Ini kesalahmu dengan artian belajarlah dari itu, menjadi manusia dungu tentu tak akan membuat akhirnya bahagia, tak cukupkah gali lubang tutup lubang untuk kesalahan yang tak terduga dan sama. 

Namun akhirnya... 

aku memujimu kau tak lari kemana-mana kau tetap bertahan walaupun....  aku tau lututmu sudah tak karuan untuk menahan masalah, mata sayumu, kerut wajahmu aku melihat itu, sungguh besar hatimu kala ku ingat dulu. 

Aku memahami manusia memiliki sisi baik dan buruk namun aku tak pernah lupa bahwa siapapun bisa mengatasi dirinya. 

Haruslah kau ingat? 

Kau bilang hidupmu penuh derita tapi aku bingung kau masih bisa tertawa, berpantun bahkan bercerita penuh gelak tawa, sampai ku sadari, bahwa bahagia bukan lagi dikepala tapi menjadi hal yang niscaya dalam kehidupan manusia. Itu untukmu!

Dalam buku-buku yang kubaca baik dan buruk punya banyak makna, namun pada akhirnya semua berotasi dan bersirkulasi pada tempat yang terencana, agaknya manusia hanya perlu meluaskan indra agar tau alasan dirinya ada di dunia,

Kiranya tak seburuk yang dirasa semua cuman butuh waktu sampai bisa dikira, bahwa hidup adalah surganya manusia, aku sampai lupa kala subuh kita pernah sedikitnya berdebat bahwa baik buruk atau salah benar, satu dari dua pilihan selalu disasarkan antara kawan dan lawan, namun kesimpulanku sekarang bahwa itu cuman persepsi bagaimanapun penilaian atas tabiat manusia itu rahasia mahakuasa, gagasan, konsep bahkan teori dalam buku hanya membantu kala kita berhadapan dengan manusia yang bertingkah layaknya tuhan. mengadili, menfonis bahkan mengecap sesamanya dengan nista. 

Sekarang apakah kau mengerti? 

Lika-liku yang telah berlalu bukanlah hasil dari keberuntungan, namun adalah kemampuan yang tak pernah kau sadari selama ini. Kau itu kuat lanjutkanlah hidupmu setiap orang punya peluang untuk benar walaupun itu tidak tepat dan biarkan ketidak tepatan itu kau isi dilain waktu dengan dibantu orang sekitarmu, mereka sama denganmu, bahkan mereka semua punya pemikiran yang sama untuk itu. Majulah karena setiap peristiwa dan tragedi menjadikan manusia istimewa. 

Tanganku masih didepanmu... 

Aku masih menunggu keputusannya

Anggaplah setiap bait kata adalah obat untuk membuka peluang yang ada didepan mata. 

Kuyakini siapapun bisa untuk menatap gemilangnya kehidupan dan membuktikan ketidak adilan dunia hanya persepsi buta-nan ambigu yang tak bermakna. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis di Semenanjung Timur

Puisi: Intricatus

PHILOGINIS